Awal tahun ini, Salah satu perusahaan besar, NetApp telah mengidentifikasi empat tren teknologi utama yang dapat memicu pertumbuhan transformasi digital bagi perusahaan dan menjadi Data Thriver.
Data Thriver adalah para pemimpin bisnis yang dapat mengumpulkan dan memanfaatkan data untuk mendapatkan insight atau wawasan yang dapat membantu membuka berbagai kesempatan bisnis baru.
Berikut Empat Tren Pemicu Transformasi Digital Berdasarkan Proyeksi NetApp:
1. Cloud akan mendorong perkembangan AI
Artificial Intelegence (AI) akan menjadi hal yang umum di Asia Pasifik, dengan 55 persen organisasi dan perusahaan di Asia Pasifik sudah mengimplementasikannya. Ada juga beberapa yang sedang berekspansi untuk memanfaatkan AI pada tahun ini. Organisasi dan perusahaan diperkirakan bakalan saling berlomba mengerahkan software dan layanan AI berbasis cloud di tahun 2019 ini. Cloud diperlukan untuk memastikan aplikasi AI memberikan performa dan skalabilitas baru. Baik secara on-premise ataupun bukan, dan mendukung banyak protokol akses data dan berbagai variasi format data yang baru. Itulah kenapa Cloud menjadi salahsatu pemicu AI dan transformasi digital lainnya.
2. Perangkat Edge Computing akan semakin pintar
Pada tahun 2020 Asia Pasifik diperkirakan bakalan memiliki 8,6 miliar perangkat Internet of Things (IoT). Dan juga pada tahun 2025 bakalan menjadi wilayah 5G terbesar di dunia dengan perkiraan 675 juta koneksi 5G.
Semakin banyak perangkat dan aplikasi IoT akan beserta layanan yang sudah tertanam diperangkat tersebut seperti data analysis dan data reduction. Oleh karena itu, untuk memanfaatkan pertumbuhan ledakan data, organisasi dan perusahaan akan membutuhkan kemampuan untuk memproses data dari ujungnya atau edge. Fungsinya untuk dapat menyaring wawasan dan insight dengan cepat dan membuat keputusan secara real-time.
Sektor manufaktur adalah salah satu industri yang akan mendapatkan kemajuan besar karena dampak tren perangkat edge yang semakin pintar. Dengan perangkat IoT yang memproses data di ujung/edge, sebuah perusahaan manufaktur dapat melakukan predictive maintenance. Dilakukan dengan mendeteksi gejala-gejala awal dari gangguan peralatan, yang mana dapat membantu mencegah kerusakan yang memakan biaya dan menganggu laju produksi.
3. Hybrid Multi-Cloud Akan Jadi Standar Arsitektur TI
Pada tahun 2024, 90 persen dari organisasi dalam daftar G1000 akan memitigasi vendor lock-in melalui teknologi hybrid multi cloud. Organisasi akan dapat memindahkan beban kerja mereka dengan fleksibel dan mudah di berbagai lingkungan selagi tetap memegang kendali penuh. Dengan memanfaatkan berbagai teknologi seperti platform container dan data fabric.
4. Layanan Data Transparan, Aplikasi Tidak Lagi Perlu Dipindah-pindah
Seiring dengan pertumbuhan tren platform container, hal ini akan menghasilkan tren atas abstraksi dari sistem dan layanan secara individual. Hal ini bakalan mendorong para arsitek TI untuk merancang data dan pemrosesan data, dan untuk membangun hybrid multi cloud dengan data fabric daripada sekedar data center.
Dengan pengaplikasian teknologi prediktif dan diagnostik, para pengambil keputusan akan menjadi semakin tergantung pada layanan-layanan data yang tangguh namun ‘tak terlihat’, yang dapat menghantarkan data dimana pun dan kapan pun dibutuhkan, terlepas dimana data tersebut disimpan.
Tahun 2019, aplikasi-aplikasi baru akan dikembangan untuk penggunaan public cloud dan on-premise. Dan 2019 juga akan menjadi saksi munculnya teknologi-teknologi cloud berbasis-container yang memungkinkan pengembangan aplikasi hybrid cloud. Hal ini akan mempermudah pemindahan beban kerja dimana data dihasilkan, daripada mem-porting data ke lokasi aplikasi.